Sabtu, 24 Desember 2011

PERDUKUNAN

PERDUKUNAN
Disusun oleh Muslim Atsari

Termasuk iman kepada Alloh adalah beriman bahwa hanya Alloh yang mengetahui seluruh perkara ghaib. Alloh Ta’ala berfirman:
قُل لاَّ يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ
Katakanlah:"Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah". (QS. 27:65)

Kemudian terkadang Alloh Ta’ala memberitahukan sebagian perkara ghoib itu kepada rosul yang Dia kehendaki lewat wahyuNya. Alloh Ta’ala berfirman:
عَالِمَ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا {26} إِلاَّ مَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا
(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. (QS. 72:26) Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (QS. 72:27)

Yang dimaksud perkara ghoib yaitu perkara yang tidak dapat dijangkau oleh panca indra manusia. (Lihat: ‘Alamus Sihr, hal: 263, karya Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqor).

LIMA KUNCI PERKARA GHOIB
Dan ada lima kunci perkara ghoib yang hanya diketahui oleh Alloh Ta’ala. Alloh berfirman:
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَيَعْلَمُهَآ إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَافِي الْبَرِّوَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ يَعْلَمُهَا وَلاَحَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ اْلأَرْضِ وَلاَرَطْبٍ وَلاَيَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مًّبِينٍ {59}
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melaimkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. 6:59)

Syeikh Sholih Al-Fauzan menyatakan bahwa firman Alloh “Tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri”, maka barangsiapa mengaku-ngaku mengetahui sesuatu darinya, dia telah kafir”. (Syarah Aqidah Wasitiyah, hlm: 105; karya Syaikh Sholih Al-Fauzan; penerbit Darul ‘Aqidah)
Lima kunci perkara ghoib ini dijelaskan oleh Nabi Muhammad n di dalam haditsnya yang shohih, sebagai berikut:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Dari Abdulloh bin Umar, bahwa Rosululloh n bersabda: Kunci-kunci semua yang ghaib ada lima, (beliau membaca ayat, surat Luqman: 34): Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim.Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (HR. Bukhori, no: 4627)

Syeikh Sholih Al-Fauzan menyatakan: “Maka barangsiapa mengaku-ngaku (mengetahui) perkara ghoib dengan sarana apa saja –selain yang dikecualikan oleh Alloh kepada para rosulNya (lewat wahyuNya)- maka dia pendusta, kafir. Baik hal itu dengan sarana membaca telapak tangan, gelas, perdukunan, sihir, perbintangan/zodiak, atau lainnya”. .*)*)[Lihat: kitab At-Tauhid, hal: 30, karya Syeikh Sholih Al-Fauzan, penerbit Darul Qosim, cet: 2, th: 1421 H / 2000 M]

Beliau juga berkata: “Maka barangsiapa mengaku-ngaku mengetahui perkara ghoib atau membenarkan orang yang mengaku-ngaku hal itu, maka dia musyrik, kafir. Karena dia mengaku-ngaku menyekutui Alloh dalam perkara yang termasuk kekhususan-kekhusuanNya” .*)*)[Lihat: kitab At-Tauhid, hal:31, karya Syeikh Sholih Al-Fauzan, penerbit Darul Qosim]

LARANGAN MENDATANGI DUKUN!
Karena yang mengetahui perkara ghoib hanya Alloh, maka syari’at Islam melarang umatnya mendatangi dukun. Yang dimaksudkan dukun di sini adalah yang bahasa arabnya adalah kaahin atau ‘arraf. Yaitu orang yang mengaku-ngaku mengetahui perkara ghoib, apa yang akan terjadi, tempat barang hilang, pencuri barang, isi hati orang, dan semacamnya. Walaupun di masyarakat dikenal dengan sebutan kyai, orang pintar, orang tua, atau lainnya.

Mendatangi dukun seperti ini harom hukumnya. Barangsiapa mendatanginya dan bertanya kepadanya, maka sholatnya selama 40 hari tidak diterima oleh Alloh Ta’ala. Nabi n bersabda:
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
Barangsiapa mendatangi ‘arraaf lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu, tidak akan diterima darinya sholat 40 hari. (HR. Muslim, no: 2230)

Dalam hadits lain, Nabi n bersabda:
مَنْ أَتَى حَائِضًا أَوْ امْرَأَةً فِي دُبُرِهَا أَوْ كَاهِنًا فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Barangsiapa mendatangi (yakni menggauli/mengumpuli) wanita haidh atau mendatangi (yakni menggauli/mengumpuli) wanita pada duburnya atau mendatangi kaahin (dukun), maka dia telah kafir kepada (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepada Muhammad n “. (HR. Tirmidzi; Abu Dawud; dll)

Syeikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin t menjelaskan bahwa bertanya kepada ‘arraaf (dukun) dan semacamnya ada beberapa macam: *)*)[Diringkas dari Al-Qoulul Mufid ‘ala Kitab At-Tauhid 2/49, karya Syeikh Al-‘Utsaimin, penerbit: Darul ‘Ashimah, cet: 1, th: 1415 H]
1.Sekedar bertanya saja. Ini hukumnya harom, berdasarkan hadits: “Barangsiapa mendatangi ‘arraaf…”. Penetapan hukuman terhadap pertanyaannya menunjukkan terhadap keharomannya. Karena tidak ada hukuman kecuali terhadap perkara yang diharomkan.
2.Bertanya kepada dukun, meyakininya, dan menganggap (benar) perkataannya. Ini kekafiran, karena pembenarannya terhadap dukun tentang pengetahuan ghoib, berarti mendustakan terhadap Al-Qur’an.
3.Bertanya kepada dukun untuk mengujinya, apakah dia orang yang benar atau pendusta, bukan untuk mengambil perkataannya. Maka ini tidak mengapa, dan tidak termasuk (larangan) di dalam hadits (di atas). Karena Nabi n pernah bertanya kepada Ibnu Shoyyad untuk mengujinya.
4.Bertanya kepada dukun untuk menampakkan kelemahan dan kedustaannya. Ini terkadang (hukumnya) wajib atau dituntut.

PERKATAAN DUKUN TERKADANG BENAR?
Telah nyata larangan agama Islam, tetapi mengapa banyak orang yang percaya terhadap perkataan dukun? Ternyata sebagian manusia itu terpedaya dengan sebab perkataan dukun itu terkadang sesuai dengan kenyataan.

Sesungguhnya sebagian dukun itu meminta pertolongan kepada jin untuk mengetahui pencuri, tempat barang hilang, dan sebagainya. Jin-jin itu juga memberitahukan bahwa Fulan akan datang hari ini atau besok, bahwa Fulan datang dengan keperluan ini atau itu, dan semacamnya. Jika kahin berkata benar, dalam perkara yang akan terjadi, maka itu adalah satu kalimat dari jin hasil copetan dari malaikat.
Atau dukun mengucapkan kalimat-kalimat umum yang bisa ditafsirkan dengan semua kejadian. Atau mereka bersandar kepada pengalaman dan kebiasaan, atau persangkaan. Namun sesungguhnya kebenaran dari perkataan dukun itu sangat sedikit dibandingkan dengan kebohongannya.

Hal ini juga disebutkan di dalam hadits-hadits shohih yang lain, antara lain sebagai berikut:
عَنْ عُرْوَةَ يَقُولُ قَالَتْ عَائِشَةُ سَأَلَ أُنَاسٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْكُهَّانِ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسُوا بِشَيْءٍ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَإِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَ أَحْيَانًا الشَّيْءَ يَكُونُ حَقًّا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تِلْكَ الْكَلِمَةُ مِنْ الْجِنِّ يَخْطَفُهَا الْجِنِّيُّ فَيَقُرُّهَا فِي أُذُنِ وَلِيِّهِ قَرَّ الدَّجَاجَةِ فَيَخْلِطُونَ فِيهَا أَكْثَرَ مِنْ مِائَةِ كَذْبَةٍ
Dari ‘Urwah, dia mengatakan: ‘Aisyah berkata: “Orang-orang bertanya kepada Rosululloh n tentang para kahin, maka Rosululloh n berkata kepada mereka: “Mereka tidak benar/batil”. Para sahabat mengatakan: “Wahai Rosululloh, sesungguhnya para kahin itu terkadang menceritakan sesuatu yang menjadi kenyataan”. Rosululloh n bersabda: “Itu adalah satu kalimat dari jin, jin mencopet kalimat itu lalu membisikkannya pada telinga wali (kekasih)nya seperti berkoteknya ayam. Kemudian para kahin itu mencampur pada kalimat itu lebih dari seratus kedustaan”. (HR. Muslim, no: 2228)

Dari penjelasan ini kita mengetahui bahaya perdukunan, semoga Alloh selalu menjaga kita dari kesesatan-kesesatan. Aamiin. Wallohu Al-Musta’an.

0 komentar:

Posting Komentar

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template